Senin, 01 April 2013

Putri Belanda Kelola Rumah Manis Di Bukit Lawang


gbr

Tragedi banjir bandang Bukit lawang , Bahorok Kabupaten Langkat,  Nopember 2003 merupakan bencana yang memilukan dan menjadi perhatian masyarakat dunia internasional. Diantara beragam kisah mulai dari seputar perumahan korban bencana dan masa depannya, hanya sedikit yang memperhatikan bagaimana tentang pendidikan bagi sejumlah anak-anak dari keluarga korban bencana tersebut. Pada hal semua umat berkeyakinan bahwa anak adalah amanah dan bukan beban bagi orangtua dan masyarakat
Anak-anak harus dibantu mencapai hari esoknya yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, begitu pendapat Saskia Landman  seorang perempuan dari negeri Belanda selaku pengelola Rumah Manis Yayasan Anak-anak Bukitlawang di kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.
Menurut Saskia didampingi suaminya Sugiarto,41 mantan guide dikawasan wisata Bukitlawang yang telah menikah sebagai pasangan suami-isteri sejak Agustus 2006  tersebut, rumah manis yang mereka maksudkan  sebagai panti asuhan bagi anak-anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu dalam bidang pendidikan yang mereka kelola melalui Yayasan Anak-anak Bukitlawang dan secara resmi dibuka sejak 13  Februari 2009.

Kini tercatat 48 anak berada dalam asuhan mereka, sebahagian besar masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat pertama. Biaya sekolah mereka bantu dan sebahagian diantaranya menetap di rumah manis tersebut, selainnya ada yang pulang kerumah orang tuanya masing-masing. Tetapi usai sekolah mereka tetap berada di rumah manis untuk mendapatkan bimbingan belajar seperti Bahasa Inggris, komputer dan seni keterampilan kerajinan tangan yang kesemuanya tanpa dipungut bayaran.

Lokasi rumah manis seluas satu hektar yang mereka bangun sejak pertengahan tahun 2007 itu berada di tengah-tengah areal perkebunan rambung milik masyarakat di seberang sungai Bukitlawang, Untuk datang menuju  lokasi, harus menyeberangi sungai dengan jembatan darurat persis menuju arah lokasi Gua Kampret Bukitlawang. Tempatnya nyaman dan asri sehingga anak-anak dapat belajar dengan suasana yang tenang dan alami ketika berada dalam bangunan permanen yang kelihatan megah itu.

Fasilitas pendukung cukup memadai dengan ruang tidur, ruang belajar, perpustakaan serta ruang komputer yang 10 unit diantaranya dapat terhubung  secara online melalui internet. Sekarang di Bukitlawang, disinilah satu-satunya yang menyediakan  fasilitas internet, karenanya banyak diantara wisatawan asing yang datang mengunjungi rumah manis tersebut.Tentunya selain memanfaatkan sarana komunikasi melalui internet, para wisatawan asing juga dapat membeli sejumlah souvenir hasil kerajinan anak-anak di pondok rumah manis tersebut.
Saskia Landman perempuan dari Negeri Belanda menuturkan , sejak mendengar kabar tentang bencana Bukitlawang tersebut, dia sangat berniat untuk datang mengunjungi Bukitlawang,ia guna melihat kondisinya secara langsung.
Akhirnya keinginan Saskia kelahiran November 1963 ,  putri pertama dari tiga bersaudara  keluarga  Landman yang bermukim di Alkmaar sekitar 30 Km  di utara Amsterdam, Nederland menjejakkan kakinya ke Bukitlawang , Agustus 2005. Walau waktu hanya tiga hari di Bukitlawang, Saskia berkenalan dengan seorang pemuda setempat, namanya Sugianto . Sepulangnya  kenegerinya, mereka berdua kerap menjalin komunikasi melalui telpon ataupun sms-an. Selang tiga bulan kemudian, Sugianto  datang ke Nederland guna menemui buah hatinya, setelah ada kecocokan akhirnya Sugianto mempersunting Saskia sebagai isterinya, keduanya sempat menetap di negeri kincir angin itu selama 17 bulan.

Pertengahan tahun 2007, Sugianto memboyong isterinya ketanah air dan menetap di Bukitlawang. Hari-hari mereka luangkan waktu bersama sejumlah anak-anak di Bukitlawang, mereka memperkerjakan sejumlah guru honor dan tentunya ikut beternak kambing dan ayam .

Sebelumnya Saskia yang dinegerinya bekerja sebagai guru sekolah dasar memiliki hoby mengasuh anak-anak. Karena itulah guna menyalurkan hobynya ,  putri dari Belanda itu pernah menetap mengasuh anak-anak selama satu tahun di Afrika, lima minggu di Nepal, lima minggu di Guatemala dan 5 minggu bergaul sambil membantu sejumlah anak yatim pada salah satu panti asuhan di Bekasi,IndonesiaBegitulah perjalanan hidup seorang perempuan dari Belanda ini, sepulangnya dari Bekasi dia meluangkan waktu untuk mampir di Bukitlawang, tak ada yang menduga rupa-rupanya Saskia berjodoh di sini. (Ibnu Kasir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar