Senin, 01 April 2013

Masjid Dari Bandar Langkat, Duplikatnya Ada Di Malaysia


gbr

Cuaca panas yang menyengat tidak menjadi halangan bagi langkah kaki untuk menuju Masjid Zahir di Alor Star,Kedah Malaysia belum lama ini. Apalagi  waktu shalat fardhu Zuhur tidak lama lagi. Begitu memasuk gerbang masjid yang megah pada sisi kirinya terdapat prasasti yang menunjukkan bahwa masjid ini di bangun pada tahun 1912 diprakarsai  oleh Tuanku Mahmud Bin Sultan Tajuddin Mukarram Shah. Masjid tersebut diresmikan oleh  Sultan Abdul Hamid Shah, Jum’at 15 Oktober 1915.
Yang menarik perhatian pada  prasasti tersebut tertera juga  tulisan   : Rekabentuk masjid ini di-ilhamkan  dari Masjid Azizi di Bandar Langkat, Sumatera Utara. Rupa-rupanya kota Tanjungpura sekarang ini, dulunya tersohor di Malaysia, mereka menyebutnya sebagai Bandar Langkat yang  sebahagian masyarakatnya masih memiliki hubungan  kekerabatan hingga kini. Karena itu reka bangunan masjid Zahir di Alor Star Negeri Kedah, arsitekturnya diambil dari bentuk  Masjid Azizi di Tanjungpura, Kabupaten Langkat yang dibangun sejak tahun 1902 itu. Ketika itu  masjid di negeri seberang tersebut dikenal juga sebagai duplikatnya Masjid Azizi Tanjungpura.
Namun sejak tahun 1978 duplikatnya  Masjid Azizi tersebut, mengalami banyak perubahan, pada bagian belakang ada bangunan baru sehingga Masjid Zahir ini bertambah luas. Tidak itu saja, bangunan tempat whuduk juga direnovasi serta dibangun juga secara khusus  beberapa kamar untuk tempat tinggal imam besar dan bilal serta kantor dan kantin. Dalam visi dan misinya Masjid Zahir Alor Star, negeri Kedah ini sebagai pusat ibadah,perkembangan ilmu dan budaya serta menyediakan segala kelengkapan untuk beribadah dengan berbagai aktifitas keagamaan yang berkelanjutan.
Akan halnya Masjid Azizi Tanjungpura  yang diresmikan 12 Rabiulawal 1320 H atau 13 Juni 1902 semasa Kesultanan Langkat  Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah tersebut  memiliki keragaman  ornamen-ornamen mozaik dan pualam bernuansa Timur Tengah.  Masjid Azizi  yang berusia lebih dari satu abad ini merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Utara khususnya daerah Langkat.

Putri Belanda Kelola Rumah Manis Di Bukit Lawang


gbr

Tragedi banjir bandang Bukit lawang , Bahorok Kabupaten Langkat,  Nopember 2003 merupakan bencana yang memilukan dan menjadi perhatian masyarakat dunia internasional. Diantara beragam kisah mulai dari seputar perumahan korban bencana dan masa depannya, hanya sedikit yang memperhatikan bagaimana tentang pendidikan bagi sejumlah anak-anak dari keluarga korban bencana tersebut. Pada hal semua umat berkeyakinan bahwa anak adalah amanah dan bukan beban bagi orangtua dan masyarakat
Anak-anak harus dibantu mencapai hari esoknya yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, begitu pendapat Saskia Landman  seorang perempuan dari negeri Belanda selaku pengelola Rumah Manis Yayasan Anak-anak Bukitlawang di kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.
Menurut Saskia didampingi suaminya Sugiarto,41 mantan guide dikawasan wisata Bukitlawang yang telah menikah sebagai pasangan suami-isteri sejak Agustus 2006  tersebut, rumah manis yang mereka maksudkan  sebagai panti asuhan bagi anak-anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu dalam bidang pendidikan yang mereka kelola melalui Yayasan Anak-anak Bukitlawang dan secara resmi dibuka sejak 13  Februari 2009.

Kini tercatat 48 anak berada dalam asuhan mereka, sebahagian besar masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat pertama. Biaya sekolah mereka bantu dan sebahagian diantaranya menetap di rumah manis tersebut, selainnya ada yang pulang kerumah orang tuanya masing-masing. Tetapi usai sekolah mereka tetap berada di rumah manis untuk mendapatkan bimbingan belajar seperti Bahasa Inggris, komputer dan seni keterampilan kerajinan tangan yang kesemuanya tanpa dipungut bayaran.

Lokasi rumah manis seluas satu hektar yang mereka bangun sejak pertengahan tahun 2007 itu berada di tengah-tengah areal perkebunan rambung milik masyarakat di seberang sungai Bukitlawang, Untuk datang menuju  lokasi, harus menyeberangi sungai dengan jembatan darurat persis menuju arah lokasi Gua Kampret Bukitlawang. Tempatnya nyaman dan asri sehingga anak-anak dapat belajar dengan suasana yang tenang dan alami ketika berada dalam bangunan permanen yang kelihatan megah itu.

Fasilitas pendukung cukup memadai dengan ruang tidur, ruang belajar, perpustakaan serta ruang komputer yang 10 unit diantaranya dapat terhubung  secara online melalui internet. Sekarang di Bukitlawang, disinilah satu-satunya yang menyediakan  fasilitas internet, karenanya banyak diantara wisatawan asing yang datang mengunjungi rumah manis tersebut.Tentunya selain memanfaatkan sarana komunikasi melalui internet, para wisatawan asing juga dapat membeli sejumlah souvenir hasil kerajinan anak-anak di pondok rumah manis tersebut.
Saskia Landman perempuan dari Negeri Belanda menuturkan , sejak mendengar kabar tentang bencana Bukitlawang tersebut, dia sangat berniat untuk datang mengunjungi Bukitlawang,ia guna melihat kondisinya secara langsung.
Akhirnya keinginan Saskia kelahiran November 1963 ,  putri pertama dari tiga bersaudara  keluarga  Landman yang bermukim di Alkmaar sekitar 30 Km  di utara Amsterdam, Nederland menjejakkan kakinya ke Bukitlawang , Agustus 2005. Walau waktu hanya tiga hari di Bukitlawang, Saskia berkenalan dengan seorang pemuda setempat, namanya Sugianto . Sepulangnya  kenegerinya, mereka berdua kerap menjalin komunikasi melalui telpon ataupun sms-an. Selang tiga bulan kemudian, Sugianto  datang ke Nederland guna menemui buah hatinya, setelah ada kecocokan akhirnya Sugianto mempersunting Saskia sebagai isterinya, keduanya sempat menetap di negeri kincir angin itu selama 17 bulan.

Pertengahan tahun 2007, Sugianto memboyong isterinya ketanah air dan menetap di Bukitlawang. Hari-hari mereka luangkan waktu bersama sejumlah anak-anak di Bukitlawang, mereka memperkerjakan sejumlah guru honor dan tentunya ikut beternak kambing dan ayam .

Sebelumnya Saskia yang dinegerinya bekerja sebagai guru sekolah dasar memiliki hoby mengasuh anak-anak. Karena itulah guna menyalurkan hobynya ,  putri dari Belanda itu pernah menetap mengasuh anak-anak selama satu tahun di Afrika, lima minggu di Nepal, lima minggu di Guatemala dan 5 minggu bergaul sambil membantu sejumlah anak yatim pada salah satu panti asuhan di Bekasi,IndonesiaBegitulah perjalanan hidup seorang perempuan dari Belanda ini, sepulangnya dari Bekasi dia meluangkan waktu untuk mampir di Bukitlawang, tak ada yang menduga rupa-rupanya Saskia berjodoh di sini. (Ibnu Kasir)

Orang Utan dan Turis Bule, Peluang Meraup Euro Di Bukit Lawang


gbr


gbr


gbr

Bukit lawang merupakan salah satu objek wisata alam lain yang sangat menarik dan sudah tersohor ke mancanegara, selain menawarkan keindahan hutan tropis dengan flora dan faunanya juga ditemukan penghuninya yang tergolong langka yaitu orang utan ( Ponggo Pygmaeus) yang berkembang biak dikawasan TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser) tersebut.

Keberadaan orang utan dengan Ponggo Resortnya yaitu Pusat Rehabilitasi Orang Utan di Bukitlawang merupakan daya tarik tersendiri bagi turis asing . Selain di kawasan Bukitlawang, satwa langka tersebut juga ada di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Pusat rehabilitasi orang utan didirikan dari dana suaka alam dunia WWF (World Wild Life Fund) sejak tahun 1973,bertujuan untuk meliarkan kembali orang utan ke habitatnya semula di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Populasi orang utan diperkirakan masih ada 300-an ekor di alam bebas hutan TNGL tersebut.  Beberapa ekor diantaranya setiap hari diberi makan oleh  petugas dari Sub Balai TNGL Bukitlawang .

Pemberian makanan untuk orang utan tersebut dua kali setiap harinya, masing-masing berkisar pukul 08.30 – 09.30 wib dan sorenya sekitar pukul.15.00 – 16.00 wib. Beberapa tandan pisang dan seember susu untuk makanan orang utan tersebut sudah dipersiapkan, kaarenanya atraksi pemberian makanan bagi orang utan merupakan pemandangan yang asyik bagi para turis bule.

Keberadaan penangkaran Orang utan dan datangnya turis bule, memberikan peluang untuk meraup dollar, dengan terbukanya  rute jelajah hutan (jungle-trek) untuk turis asing.  Tarif yang dipungut oleh pemandu wisata terhadap turis bule yang melakukan jelajah hutan  tidak lagi US Dollar tetapi sudah mata uang EURO. Kisaran 10 sampai 25 Euro  per-hari dengan rute Bukitlawang – Araspinang dan ekor Rantaupanjang , tarif jasa tersebut tergantung berapa banya jumlah turis yang menjelajah hutan. Tarif jasa  kelompok pemandu yang biasanya terdiri dari seorang guide dan dua asistennya mempersiapkan bahan makanan/ minuman serta peralatan jelajah hutan, termasuk biaya fee  izin masuk hutan.
Dulu sebelum bencana, rute jelajah hutan sampai ke Brastagi Tanah Karo dan Kutacane Agara. Umumnya kalangan masyarakat setempat sangat menggantungkan kehidupannya dari sektor parawisata tersebut. Untuk meraup Euro tidak hanya pramuwisata, pengelola penginapan maupun pedagang suvenir  tetapi juga sejumlah anak-anak usia sekolah sebagai pedagang asongan.  ( Ibnu Kasir).

Tangkahan : Kawasan Ekowisata Yang Potensial di Kab.Langkat


gbr


gbr


gbr


gbr

Tangkahan : Kawasan  Ekowisata Yang Potensial
Dengan  13 Lokasi Air Terjun,Dua Goa Dan Sumber Air Panas
Obyek wisata Bukitlawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat  memiliki ciri khas dengan adanya Pusat Rehabilitasi Orang Utan sejak lama tersohor ke mancanegara. Selain itu masih banyak lagi kawasan obyek wisata yang memiliki panorama indah dengan ragam flora dan fauna yang belum berkembang bahkan masih perawan.
Tangkahan namanya,berlokasi di kawasan perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ,termasuk dalam wilayah Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batangserangan Kabupaten Langkat. Selain pemandian Kuala Buluh di Tangkahan ,ada beberapa lagi obyek wisata disekitarnya yang potensial  seperti  air terjun yang berada di  13  lokasi yaitu air terjun  Sungai Buluh,Sungai Garut, Sungai Umang, Grogoh Kiri,Air terjun Batak,Air terjun Cengke-cengke, Air terjun Murba,Alur Grogoh Kanan, Sungai Gambir, Alur Simpangkanan,Alur Simpangkiri dan Air terjun Tala-tala.
Sulitnya, untuk mendatangi lokasi air terjun yang satu ke lokasi air terjun berikutnya,menempuh perjalanan panjang relatif panjang,berkisar 3 sampai 5 jam perjalanan menjelajahi kawasan hutan, karena lokasinya yang terpisah-pisah. Selain air terjun juga  terdapat lokasi air panas di Sungai Buluh,Sungai gelugur dan air panas Sekucip ditambah beberapa goa diantaranya Goa Sungai Putih dan Goa Kalong.
Prasarana dan sarana  wisatanya masih minim, di seberang sungai Batangserangan baru ada dua lokasi akomodasi yaitu  Bamboo River Lodge dan Alex House.
Obyek Wisata Tangkahan baru dikenal dan mulai dikunjungi wisatawan lokal sejak tahun 1990-an.Beberapa tahun kemudian lokasi ini sepi pengunjung, selain karena buruknya sarana perhubungan, kondisi keamanan kurang kondusif. Karenanya dalam upaya mengelola dan mengembangkan kembali  kawasan wisata Tangkahan,  masyarakat kedua desa sekitar lokasi sejak tahun 2001 telah membentuk Lembaga Pariwisata Tangkahan ( LPT). Lembaga ini telah menjalin kerja sama dengan fihak TNGL, sehingga LPT memperoleh hak pengelolaan serta memiliki tanggung jawab melestarikan kawasan tersebut.
Produk Wisata
Sebuah lembaga swadaya ,Indonesian Ecotourism Network ( INDECON) sejak tahun 2002  melakukan penelitian dilapangan guna mendata potensi serta menyusun rencana induk pengembangan Ekowisata Kawasan Tangkahan .Bekerja sama dengan Lembaga Parawisata Tangkahan (LPT) yang dikelola kelompok masyarakat setempat serta Balai TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser).
Menurut mereka,para  wisatawan  belakangan ini tidak lagi sekedar  datang untuk melihat obyek wisata tertentu,tetapi  mereka berupaya melakukan perjalanan wisata sambil  memperluas wawasan,pengalaman dan pengetahuan baru.Model wisata seperti ini dikenal  dengan istilah wisata lingkungan ,ekologis  maupun wisata konservasi atau populer dengan sebutan ekowisata ( ecotourism).

Ekowisata ,didefinisikan sebagai konsep pengembangan parawisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung berbagai upaya melestarikan lingkungan .Baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya yang melibatkan kelompok masyarakat  yang berpartisipasi  dalam pengelolaannya,sehingga pada gilirannya masyarakat tersebut menikmati pula pemanfaatan ekonominya.
Keanekaragaman  hayati serta bentang  alam yang dimiliki kawasan Tangkahan,menunjukkan adanya  kekayaan variasi yang dapat dikembangkan diantaranya, produk wisata pendidikan konservasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masayarakat setempat maupun pengunjung,tentang pentingnya konservasi hutan beserta ekosistemnya.

Produk wisata petualangan, dalam upaya menambah pengalaman menjelajahi hutan tropis dan meningkatkan pengetahuan tentang berbagai jenis satwa ,pohon-pohon maupun penghuni alam lainnya.Kini lokasi jelajah hutan dikawasan tersebut sudah dipersiapkan.Produk wisata berkemah juga ditawarkan  dengan tidak menimbulkan dampak negatif bagi keberadaan flora dan fauna dalam kawasan TNGL tersebut,
Ekosistem kawasan Tangkahan tidak terlepas dari berbagai gangguan seperti kasus penebangan liar ( illegal loging),perambahan lahan serta perburuan liar. Namun setelah ada kesepakatan masyarakat kedua desa setempat bersama Balai TNGL,telah ditandatangani MoU ( Memorandum of Understanding) untuk mengembangkan sebahagian kawasan tersebut sebagai kawasan ekowisata.

Berbagai kasus tersebut akhirnya  berkurang  dan  sebagai tindak lanjutnya  pemerintahan Desa Namosialang dan Desa Sei Serdang, telah menyusun Undang-undang Kawasan ekowisata Tangkahan sebagai Peraturan desa (Perdes) . Masih ada lagi tambahan berbagai kebijakan dan peraturan   yang dapat melindungi kepentingan  masyarakat setempat maupun upaya pelestarian kawasan ekowisata Tangkahan dan lingkungannya. 

Seyogyanya,masyarakat Kabupaten Langkat mampu mempercepat tingkat dan taraf perekonomiannya melalui sektor parwisata,di daerah ini terdapat puluhan lokasi wisata yang mampu menarik wisatawan asing datang berkunjung.Namun kendala yang dihadapi selain lokasi yang belum dikemas secara professional,sarana infrastruktur masih minim,mulai dari sarana perhubungan,akomodasi serta berbagai sarana dan prasarana pendukung,belum terjamah secara apik.

Karenanya, kontribusi sektor parawisata dalam  menunjang  PAD( Pendapatan Asli Daerah) Pemkab Langkat , masih minim.Pada hal angka tersebut masih dapat di dongkrak dengan drastis bila berbagai sarana dan prasarana tersebut lebih ditingkatkan.

Mengunjungi Air Terjun Sipiso-piso

Air Terjun Sipiso-Piso merupakan salah satu objek wisata andalan Propinsi Sumatera Utara. Air terjun Sipiso-Piso adalah salah satu air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 120 meter. Terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Lokasi air terjun ini berada tidak jauh dari danau terbesar di Indonesia yaitu Danau Toba.
Air Terjun Sipiso - Piso
Air terjun yang berada pada ketinggian 800 meter dpl ini terbentuk dari sungai bawah tanah di plato Karo yang mengalir melalui sebuah goa disisi kawah danau Toba. Air yang keluar dari goa yang berukuran tidak begitu besar itu sangat deras apalagi jatuh pada ketinggian 120 meter, membuat air terjun ini begitu indah. Kata "piso" berarti pisau, karena memang air terjun ini bila dilihat dari jauh bentuknya seperti pisau, kecil dan  panjang.

Pemandangan di sekitar air terjun berupa tebing-tebing tinggi dan hijau berdiri kokoh. Suara gemuruh air terjun ini terdengar sampai diatas tebing. Di bawah tebing penuh dengan pepohonan pinus dan pohon-pohon lainnya.

Anak Tangga
Pengunjung tidak hanya bisa menikmati pemandangan air terjun ini dari atas tebing, namun bisa mendekati air terjun dengan menuruni ratusan anak tangga dan jalan setapak yang berliku. Perjalanan untuk turun ke lokasi membutuhkan stamina yang prima apalagi perjalanan untuk naik kembali lebih capek lagi, tapi rasa capek dan lelah tak ada artinya dibandingkan dengan kenikmatan merasakan keindahan air terjun nan indah ini.

Deras
Di sekitar air terjun terdapat sebuah desa yang bernama Desa Tongging. Bagi yang ingin bermalam, bisa memilih satu dari beberapa penginapan yang ada di desa ini. Disini selain menikmati air terjun, sobat bisa melakukan beberapa aktivitas seperti trekking di hutan, naik ke gunung Sipiso-piso untuk melakukan paralayang, berenang di danau Toba atau pun berkeliling danau menggunakan perahu sewaan.

Pemandangan Danau Toba
Untuk menuju lokasi air terjun Sipiso-Piso ini, dari Kota Brastagi bisa ditempuh dalam waktu 2 jam. Kita akan melewati alam pedesaan di Tanah Karo yang indah dan menarik, namun sayang kontur jalannya kurang bagus jadi harap berhati-hati.
Dari : http://balibackpacker.blogspot.com.